header-photo

Perjalanan Kedua: Diantara Tuli dan Buta



Maha Besar Allah Maha Pemberi Petunjuk
Dialah yang memilih hambanya, untuk berada dalam kerajaan surga, membisikkan hidayah pada hati, indra yang paling berharga.

seperti itulah.. rasanya menjadi sangat kerdil setelah menyadari bahwa Islam yang kumiliki saat ini adalah warisan, ditanamkan dari janin karena orangtuaku adalah muslim, keluargamu muslim, dan islam adalah sebuah mayoritas, kelaziman di hidupku. bukan sebagai pencarian..

30 Agustus 2009

Malam itu aku melakukan perjalanan. Kali ini bener2 berjalan. Dekat saja sih. Dari kos ke mushola di kampung. Tujuannya adalah terawih. Agak berbeda, karena biasanya aku ke Mesjid besar, tapi malam itu aku berniat untuk mencoba terawih di dekat kos saja.

Mungkin karena semangat, aku berangkat sepuluh menit lebih awal, jadilah aku sendirian di mushola itu, krik krik menunggu lama sekali. yang ada hanyalah anak2 kecil yang ribut maen petasan. Lupa bawa alquran, jadi membunuh waktu dengan meringkuk kedinginan. Karena saking kecilnya mushola, jama'ah wanita terawih di jalan dengan alas terpal dan tenda di atasnya. Akhirnya, ada bapak2 yang menyalakan mic. Mungkin mau adzan pikirku. Setelah itu bapak2 tadi mulai mengaji puji - pujian ala mesjid mesjid di kampung. kalo di rumahku malah puji - pujiannya dengan bahasa jawa. Lucu juga. hehehe

Setelah beberapa lama, bedugpun ditabuh. sesat sebelum sholat qobla isya, aku baru teringat sepertinya aku belum wudhu!! dasar dudul. jama'ah sudah banyak yang datang. Ga yakin tempat wudhu wanitanya tertutup, aku melesat kembali ke kos. Menyabet Hp dan segera meluncur ke mushola lagi.

Sholat isya belum dimulai. Sempatlah sholat qobla isya. setelah beberapa saat, aku mendengar dengan jelas bacaan sholat dari sebelah kanan sepertinya dua orang sebelahku. semakin aku berkonsentrasi dengan bacaanku sendiri, semakin aku mendengarkan bacaan sholat Ibu - iBu di sebelahku itu. Huh,, Ini nih kelemahan multitasker, susah fokus. karena share fokusnya bagus, jadi kalo fokus ma satu hal rada susah.

Setelah sholat, aku baru menyadari sepertinya Ibu tersebut pendengarannya terganggu. Sehingga beliau tak tahu, bahwa suara bacaan sholatnya terdengar. Aku tahu karena nenekku yang sudah udzur juga demikian. Lama aku berpikir. Jika aku terlahir tanpa kemampuan mendengar, apakah aku akan memiliki keyakinan tentang agama yang aku anut sekarang? sulit aku membayangkan aku belajar mengaji tanpa tahu bagaimana huruf ini dan itu berbunyi. Aku dulu suka sekali kisah - kisah nabi. Dari sanalah sedikit -demi sedikit aku percaya tentang Tuhan, tentang nabi, tentang mukjizat Alqur'an. aku jadi ingat tentang cerita para sahabat dari Ayahku, jendela ilmuku. Dari mana aku bisa percaya jika aku tak mendengar sendiri..? Subhanallah..

Allah Maha Besar memberi petunjuk bagi hamba yang ia kehendaki, meski tak mendengar, tapi keyakinan ditanamkan sekuat akar yang tak tercabut. Beruntunglah orang2 yang tak mendengar, tapi dalam hatinya. Alqur'an memenuhi ruang pengetahuannya.


Belum juga selesai aku memikirkan jika aku tak bisa mendengar, aku melihat jama'ah sebelah kiriku adalah Ibu yang tak memiliki penglihatan. Subhanallah. Melihat Ibu itu bangkit dan bangkit lagi untuk emulai dua rokaat terawihnya, bahkan lebih sigap dibanding jama'ah yang lain, aku terenyuh..

Ya Allah,, engkau yang membukakan pintu iman setiap hambaMu. Bagaimana aku bisa beriman padaMu jika yang kulihat hanyalah gelap tak ada habisnya. Bagaimana aku percaya padaMu jika aku tak melihat indahnya langit sore hari, dan penciptaannMu yang menabjubkan, menggerakkanku untuk berucap Subhanallah..

Tuhanku, Engkau tak terjangkau oleh pikirku. Aku bersyukur atas apa yang kau beri
penglihatanku, pendengaranku, dan yang terpenting, imanku saat ini.

Jika Agamaku yang kuyakini saat ini adalah warisan, akan kutegaskan bahwa keyakinanku adalah pencarian dan berpikirku tiada henti..
aku tak akan berhenti mencari. Dan yang kudapat pada akhirnya adalah..

-never ending finding-

Perjalanan Hari Pertama : Tidur = Ibadah?


Ramadhan, tiap langkah membawa berkah
hari ini aku mulai berjalan..
berpikir lebih tajam, meresapi lebih dalam


23 Agustus 2009

Teriknya hari ini. Haus mulai menyekat. Peluh mulai menetes, daftar belanjaan masih menggantung panjang. Jangan mengeluh sayang, tak ingatkah sebelum fajar apa yang telah diniatkan? ayo melangkah saja, tak usah melayani hati yang rewel..
Akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Mulailah saya berbelanja. Concern saya kali adalah membeli baju kantor, maklum baru penempatan. Jadi mencoba menyesuaikan dengan lingkungan kantor..
Tapi ada yang janggal nih..Puasa - puasa begini, orang jual makanan tetep aja seliweran. Minuman tetep dijaja, tempat makan buka semena - mena. Woi, ini bulan puasa, kagak ada toleransi yah?

Kemarin aku mampir ke mesjid kecil. Setelah menunaikan kewajiban sholat dzuhur aku duduk menyandar ke tembok. mungkin karena pengaruh letih, jadi bawaannya mau tidur ajah. Tiba - tiba di belakang terdengar ribut - ribut..



"Ibu ga bisa baca yah? itu kan udah dilarang tidur di karpet sajadah Bu...", gerutu seorang ibu yang sudah layak punya
putu.
"Maaf Bu, kita ga tahu", ujar ibu - ibu yang tak kalah tua menggerutu juga
"Orang dikasih tahu yang bener malah sewot. Saya mah cuma ngjalanin peraturan Bu, disitu tulisannya udah gede, kagak boleh tidur iatas karpet, jadi Ibu kagak usah tersinggung ye", ujar Ibunya penjaga mesjid.
"Iya saya tahu", ujar Ibu yang ditegur sambil ngloyor pergi. Sepertinya Ibu itu kesel di tegur seperti itu di depan umum.

Akhirnya aku mundur perlahan menjauhi area "karpet". Duduk bersandar pada papan. Tiba2 Ibu tadi menghampiriku.
" Jangan duduk di situ neng, itu pintu buat saya masuk", beliau berkta sambil sedikit membentak.

"Oh iya Bu, saya minta maaf" kataku sambil aku bergeser. Tiba - tiba Ibu "polisi" mesjid itu duduk di sebelahku.
"Saya capek Neng", tiba - tiba saja Ia berujar. "Dari tadi orang - orang dikasih tahu kagak
ngarti - ngarti",
"Kenapa Bu?", aku tanya sambil sedikit bersimpati. Aku ngbayangin capek juga kali yah teriakin orang - orang pada bandel ga matuhin peraturan.

Sebentar duduk bersamaku, Ibu itu lalu beraksi lagi. karena banyaknya jama'ah yang keletihan belanja, jadi banyak juga yang tiduran. Hm,, aku jadi berpikir, mang apa salahnya tidur di mushola? Aku sering tuh tidur di mesjid kantor. Karena mang paling enak tuh tidur disitu. Tapi memang secara normatif hal itu tidak di benarkan. bayangkan saja aklo mesjid penuh buat orang tidur, ya yang sholat kayak sholat jenazah donk.

Tapi aku salut juga dengan kegigihan beliau buat membangunkan orang satu persatu agar tidak tidur di mesjid. Untuk mentaati PERATURAN yang ada. Dasar orang Indonesia, bandel - bandel, habis diberitahu bangun sebentar lalu pindah dan tidur lagi. Hahaha

"Kenapa sih, bawel banget tuh orang! bulan puasa tidur
mah ibadah tau...", Ibu disebelahku berkomentar, sambil ngomel.

"Jadi, kontradiktif dong? masak orang ibadah ga boleh?", selintas aku berpikir demikian. Nakal juga. Islam itu baek banget Yah. Di bulan puasa yang paruh berkah, ada penawaran khusus. Tidur ajah dianggap Ibadah. Apalagi ngaji, sholat, traweh, dan ber mualamalah lainnya. Islam juga akomodatifsaking akomodatifnya kadang jadi konservatiof juga. Prinsip mencegahnya bagus sekali. Jadi "Tidur itu ibadah" kuartikan lebih kurang begini:

.. dari pada ngomongin orang, daripada jalan - jalan ngabisin duit capek bawaannya pengen batal, dari pada pacaran siang bolong, mending Lu tidur ja deh!...


Hoho,,jadi inget tgaline di pintu bengkel :
DILARANG TIDUR, ADA YANG BERISIK!!!

perlu diganti ga ya selama bualan puasa aja? hehehe...




Sudut Gelap Yang Tertawan



Sampailah aku pada satu sudut ..
dan kesimpulan yang menciut, beringsut pelan - pelan dalam hati, menjalar menembus pikir

"aku ternyata bukan orang baik"

Mengapa harus ada dikotomi hidup yang mendiskriminasi?

Siapa yang berani - beraninya memberi takaran ini adalah baik, itu adalah tidak baik?? batasan - batasan yang dibuat hanya karena manusia itu terbatas.

Hidup tak melulu tumbuh dari kebaikan, tapi juga dari najis dan dosa.


Itu adalah kata - kata sakti yang saya kutip dari teman saya. Yang secara cerdas, ia bangkit dari kesadaran sisi gelap yang ia miliki. Meretas dan merangkak untuk sebuah proses perbaikan. Sepertinya mudah berkata tak ada gading yang tak retak. Tapi tetap saja tergagap saat tau kitalah yang retak, tak sempurna dan cacat. Betapa sulit menyadari, mengakui hingga memiliki kekuatan untuk membalik keadaan. Dijadikan bahan bakar untuk lebih baik. Karen kegagalan di satu proses, bisa membuat keadaan semakin fatal.

Memanage perasaan marah, kecewa, kesal di awal bukanlah hal mudah. Butuh perasaan legowo, lapang dada, kesadaran untuk introspeksi dan ketahanan untuk meresapi kritik.
Bangkit! saatnya untuk mencermati kekurangan. Kadang perasaan yang justru memfilter kesadaran untuk berbenah diri.

Setiap orang pasti punya sudut hitamnya, sisi gelapnya. Ibarat kaset. Sibe B selalu setia mendampingi Side A. memberi pilihan buat pemiliknya, mana yang akn diputar. tentu saja itu pilihan. Dengan keberadaan sisi gelap yang eksis keberadaaanya, setia menjadi alternatif membuat si pemilik ragu: apakah dilepaskan di permukaan sebagai cover both side? atau didiamkan saja sat ia melecut, meloncat-loncat minta diwujudkan.

Mungkin justru karena selalu dipendam, ditimbun di dasar pikir, maka ketika meledak, hancurlah seluruh kerajaan kebaikan yang tercitrakan. Tapi jika dimunculkan, tak akan terbangun citra kesempurnaan. Simalakama! Inilah akhirnya yang membuat manusia menjadi naif. Mencederai diri sendiri dengan tidak jujur pada batinnya.

Lalu, jika nurani, hati, logika, tak lagi bisa melawan desakan sisi gelap yang sudah lama tertawan, maka ia akan muncul ke permukaan dengan ataupun tanpa sadar. dan jika begitu, siap - siaplah akan rekasi atas aksi!!

Dan,, beginilah akhirnya:

"meluruh rasanya aku mendengar patah - patah kata"
seperti ketika langit menderu cacian, dan aku tak punya ruang untuk menyembunyikan telinga
seperti ketika matahari memadamkan energi, hanya gelap yang tersisa meski mata terbuka

"ternyata, aku orang yang lemah "hanya secuil keberanian untuk sanggup bertahan diantara deraan badai

Ampuni aku Tuhan..Jika tobatku tak Kau dengar, retakan gading ini tak kan pernah tertambal..
patah menjadi kepastian hancur menunggu waktu..
Ampuni,,
Ampuni,,
Ampuni,,

Horizon















People see different things

When they look on the horizon
Do you see dark clouds rolling in fast
Cos baby they aint gonna last

And I cant see anybody else
I cant stop looking at you
Take this dream and make it true

All I see is love, sweet love
On the horizon, oh yeah
Just one look in your deep brown eyes
And baby Im flyin

This world could be so hard to take
Before I found you, I almost stopped trying
To see the good instead of the bad
But your hearts so true, that baby Im cryin

And every single time we meet
I learn what love is for
Its taking less and giving more

All I see is love, sweet love
On the horizon, oh yeah
Just one look in your deep brown eyes
And baby Im flyin

And baby I dont wanna see pain in your eyes
Cos youre the one that sets me free
Theres nothing in this world that can hurt us
If its you and me

White Flag

I know you think that I shouldn't still love you,
Or tell you that.
But if I didn't say it, well I'd still have felt it
where's the sense in that?

I promise I'm not trying to make your life harder
Or return to where we were

I will go down with this ship
And I won't put my hands up and surrender
There will be no white flag above my door
I'm in love and always will be

I know I left too much mess and
destruction to come back again
And I caused nothing but trouble
I understand if you can't talk to me again
And if you live by the rules of "it's over"
then I'm sure that that makes sense

I will go down with this ship
And I won't put my hands up and surrender
There will be no white flag above my door

I'm in love and always will be

intersection


Diam di tengah nadi perjalanan
melongok tujuan yang seketika buram
masihkan dipertanyakan kenapa harus dilanjutkan?

bukan tentang ketidaktuntasan
tapi merebut esensi dari gemerlap eksistensi


siapkah berpindah?
sudah, tak usah menggurutu
yang lain mengguguk semua orang tahu
tapi siapkah menerjang sekawanan gonggongan siang malam?
tak usah kuatir
dari pada kering sendirian
lebih baik melanjutkan perjalanan
pelan - pelan, tak semua jalan dibuat dengan anggaran yang benar

teruskan jika berdiam justru mematikan perlahan
tapi ijinkan pertanyaan ini lahir, dan terjawab
terakhir, sungguh pertanyaan terakhir..

kemana arah yang benar dipersimpangan ini??


Mendung Sore Hari


Mendung menggulung senyumku sore itu. Ingin bergegas pulang, tapi awan hitam menggelapkan sore. Belum waktunya sepetang ini sebenarnya. Tapi tabir comulus memekatkan langit. Dingin angin juga menambah suasana suram. Menambah enggan berjalan sendirian. Apalagi dengan sedikit sesal, sengaja meninggalkan payung di kasur. Dengan anggapan hanya pemberat bawaan. Huh... selalu begitu. saat butuh, justru yang biasa disiapkan terlalaikan.

baiklah,, mari kita buat pilihan. Pulang kebasahan atau diam menunggu terang.
pilihan sulit. kalau pulang, basah bisa sakit. Kalau berdiam disini yang terencanakan bisa terlewat. tak semua hal bisa menunggu kita kan??

ayo sekarang pikirkan dengan cepat. ah.. benci aku pada kondisi ini.
satu hal saja. lakukan. Basah toh cuma air. Pulang telat, berati hanya menggeser waktu tidur.

Ctaaar...!!!

Kilat menampar. Terang memberi penyadaran. sebentar lagi hujan.
ayo bergegas.. aku mulai menjejakkan langkah kedepan. berlari - lari kecil hingga tak sadar sudah kencang berlari..

tes.. tes..
butiran hujan mulai menyentuh kulit, memudarkan pandangan
tahu - tahu sudah basah..
tahu - tahu air membanjir..

wah, ternyata berlari saat hujan itu menyenagkan juga..rasanya,, rasanya,, seperti tak terbebani pikiran, ini bisa jadi candu kepenatan..kutadahkan wajahku ke langit. .wajahku dipijat oleh deras hujan. Oh,,,, sangat menyenangkan.. sentuhannya melegakan. Membasahi kerongkongan. Terpuaskan barang sejenak, bermain - main dengan hujan.

Ah.. kenapa tak sedari dulu aku menantang deras hujan. hanya karena takut basah, baju kotor dan tetek bengeknya??
aturan aturan yang kuciptakan, kesempurnaan hidup yang ku junjung, kemapanan yang kuimpikan, kenyamanan yang ku lakoni serta persepsi agung yang kujaga, luntur saat bulir - bulir air ini merembes ke celah celah tubuh, tak seincipun ku biarkan kering..

tak kubiarkan seincipun dariku tak merasakan kegirangan hujan - hujanan..

hehehe.. sekali - kali nakal sedikit. Kalau ketahuan Ibu hujan - hujanan begini,, bisa dijewer aku..


Ctaaaaaaaarr!!!!!
lagi - lagi petir menyambar..
Ah,, silau..!!!

dua detik cahaya yang berpendar dilangit merubah keadaan..

dan..


"nona, ga pulang??"
..
...
....

"Eh??"

"sebentar lagi hujan.."

"tak bawa payung.."

"mau pulang bersamaku?"

..
...
....

baru sadar..
mengapa tadi hanya ada dua pilihan?? basah dan menunggu terang

padahal masih bisa satu lagi

pulang bersama orang lain, sepayung dengan orang lain. Tanpa basah, dan juga selamat sampai tujuan. .

kadang,, ketakutan membuat tak bisa berpikir terang..
kadang,, harus ada tangan terjulur untuk menyelamatkan.

Pursuite of Happiness in Contact Center

Sudah sebulan tulisan ini mengendap di kotak draft. dari pada mubadzir, lebih baik di publish saja. Kan bikinnnya juga pake mikir. hehe..

Ini adalah lanjutan cerita dari benchmark OCC ke call center lainnya. Kali ini tempat yang beruntung untuk kita jadikan contoh adalah bank BRI. Hoho.. i sure you think what i think..
BRI kan identik dengan konsumen yang ga techno. Koq call centernya malah kita jadiin benchmark?? tepat sekali!! karena BRI adalah bank yang sahamnya masih punya pemerintah penuh. It means ya bisa dibilang BRI adalah salah satu citra pelayanan pemerintah sektor perbankan. Sama - sama pemerintah gitu..jadi patutlah kita compare. Tapi jangan salah.. kata om google, call center BRI itu meski baru dua tahun, prestasinya banyak juga cuy..

Ok,, dipagi hari yang biasa, kita segerombolan ini menuju tempat call center. Kalo BCA dari luarnya ajah udah gede segambreng, contact center ini malah tempatnya kagak ada seruangan OCC.. lebih kecil malah.. doesn't matter his is about the people behind the gun euy...
Well.. presentasi dibawakan oleh seseorang yang ku taksir umurnya baru 16 tahun, tapi ternyata dah manajer apa...gitu. Masih imut2 tapi dah level manager.

kita mulai komparasinya yang ga fully menyedihkan spt hasil benchmark dengan BCA kemarin:



first,, BRI walo katanya bank pemerintah,, sekarang dah go techno!! online service dan yang pasti, contact centernya dah sesuai standar untuk struktur organisasinya.. walo ada bolong2 orangnya, yang jelas ada posisinya..teamleader, supervisor, support center dan quality controlnya ada semua.. Sama dengan Contact center kita, ada team lader, spv dan manager tapi kalo dikita lvel team leader ma agent sama2 pelaksana, kalo mereka kastanya dah beda emang..

second,,di BRI Human resourcenya bener2 di maintance dengan baik. Tiap bulan ada briefing, kuis, roleplay, yang semuanya merefresh knowladge pegawainya. Mungkin itu point penting yang musti kita contoh. kita kan penyambung lidah institusi penting. Masak kita ga tahu menahu tentang pajak. Kadang orang kan perlu dikasih fasilitas dan pendorong buat upgrading ilmunya. gitu,,,tau lah kalo di pajak tiada hari tanpa peraturan baru.. kalo ga update ntar malah dijarin ma WP nya. maluuu,,,, di tempat kita abelum ada role play, ok juga tuh kalo diadain cerdas cermat antar agent,,, seru, dini kan orangnya pada semangat2! kelebihan energi. hihihi

third,, optimalisasi sumberdaya. Point ini nih yang membuat aku terheran-heran. BRI sebagai BUMN pemerintah, bener2 maximalize potensi ekonomis yang dimiliki. Pegawai call centernya yang seluruhnya adalah tenaga outsource bener2 dioptimalkan. Kerja 9-12 jam perhari hanya diberikan istirahat 1 jam 45 menit. Itu sudah termasuk makan siang, dan sholat. Limit banget kan waktunya?? komputer yang dipake juga 24 jam nonstop. Cz mereka ga cuma "sewa" orang. Tapi seluruh peralatan disana juga "outsource". Terobosan yang cerdas menurutku.. Ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk tidak berinvestasi di bidang peralatan, tapi concern terhadap pengembangan, ekspansi. Lebih visioner menurutku.. Walau Obama bilang kalo OUTSOUCING itu merugikan negara cz mengecilkan penerimaan pajak. Aku yang oang pajak ga paham tuh korelasi riil nya. Jadi outsource menurutku ah sah aja. palagi buat indonesia yang mang kekurangan lahan kerja. Outsource bisa mengurangi angka pengangguran dengan resiko beban financial yang kecil bagi pemakai outsource. Tapi, banyak juga aktivis yang mengkategorikan outsorcing ini sebagai PERBURUHAN era baru.

Terakhir,, pegawai call center rata - rata memiliki sense of belonging yang tinggi. bangga akan pekerjaan dan statusnya sebagai solving maker for customer. Beda ma agent2 seumur jagung yang disini. sebagian besar menagangap kita di OCC adalah bencana! hahaha...masih terpikat oleh gemerlap KPP dan Kantor Pusat Direktorat Jederal Pajak...

sampai suatu ketika..

Seorang Direktur DJP datang ke ruangan sempit kami.. memberi petuah ala kadarnya yang awalnya tidak menarik. Lalu tiba2 ia menunjukkan sebuah artikel di media massa. Artikel itu mengapresiasi betul perubahan di institusi Pajak. Bahwa Pajak telah berbenah dan menjadi ramah. Citra positif semakin terbangun. And he said what?? "kalianlah salah satu harapan perubahan itu, kalianlah yang membentuk cita pajak menjadi lebih baik seperti sekarang"

Oh...

sometimes aku merasa pekerjaanku sangat berharga, sometimes aku juga merasa aku dibuang di tempat yang seharusnya aku bisa dapat tempat yang lebih baik..
dan disaat itu, dengan penuh kesadaran aku mengakui, manusia itu memang sulit untuk bersyukur :)

Tapi lama- lama tak hanya aku yang menyadari, kita semakin mencintai ruang ini, percakapan - percakapan ini, dan pastinya kebersamaan orang - orang disini..

Mungkin orang bilang kita sepele, sampah atau lumpur sekalipun. Yang kita makan juga hanya omelan, kemarahan dan kesinisan banyak orang. Tapi begitu menyenangkan saat suara - suara jauh disana perlahan menjadi melembut, menghalus dan kooperatif saat menit berikutnya. Begitu bahagia saat kami merasa kami sudah merubah sebuah perspektif buruk kepada institusi kami. Bersabar untuk menang. menahan marah untuk menciptakan kelegaan di akhir pembicaraan..

Dan tanpa bisa lagi kusangkal,
aku mencintai pekerjaan ini.

Broken Vow

Tell me her name
I want to know
The way she looks
And where you go
I need to see her face
I need to understand
Why you and I came to an end

Tell me again
I want to hear
Who broke my faith in all these years
Who lays with you at night
When I'm here all alone
Remembering when I was your own

I'll let you go
I'll let you fly
Why do I keep on asking why
I'll let you go
Now that I found
A way to keep somehow
More than a broken vow

Tell me the words I never said
Show me the tears you never shed
Give me the touch
That one you promised to be mine
Or has it vanished for all time

I close my eyes
And dream of you and I
And then I realize
There's more to life than only bitterness and lies
I close my eyes

I'd give away my soul
To hold you once again
And never let this promise end

I'll let you go
I'll let you fly
Why do I keep on asking why
I'll let you go
Now that I found
A way to keep somehow
More than a broken vow

Ilusi Tengah Malam


Baru saja aku bangun dari mimpi aneh. Setelah terjaga semalaman. Lolongan anjing membuat merinding. Masih jam 3 pagi. Setahuku, tetangga - tetangga sebelah tak ada yang punya anjing. Entahlah, kata orang lolongan anjing tengah malam mengabarkan adanya setan - setan bertebaran.. Mataku masih mengantuk. tapi hati dan pikiranku sudah terjaga. sejak di mimpi barusan. Aku sudah menyadari aku bermimpi saat aku masih mimpi. Ah,,, kepalaku jadi makin pening. Lambat - lambat aku berdiri dan berjingkat menuju westafel di ruang tengah. Dingin sekali. Ternyata aku lupa menutup jendela. Air dini hari ini menusuk pori pori pipi..aku bergidik saking dinginnya.
Kutarik sajadah panjang. sejenak ku heningkan pikiran yang sedari tadi meloncat - loncat karena mimpi barusan. Ku diamkan emosi sebentar untuk memusatkan konsentrasi. Aku hendak berbincang dengan penciptaku.
lantunan ayat berbunyi pelan bahkan lebih pelan dari bunyi udara yang sedang bersuara. aku tak tahu sudah berapa lama..tapi lama kurasakan kakiku menegang dan aku mulai letih..


Kusudahi sesi bercerita dan pengaduan pada yang Maha Memahami. aku kembali berpikir tentang mimpi tadi. selalu.. mimpi itu terputus.. aku tak tau apa maksudnya. orang yang sama, alur yang sama, terputus di kondisi yang sama, perasaan yang tertinggal pun sama... dan yang paling aneh aku tak pernah bisa mengingat bagaimana cerita mimpinya.. yang teringgal hanyalah rasanya saja.. sudah berulang - ulang. apakah ini sebuah jawaban?

sudah lama aku bertanya, dan jawaban masih nyaman saja bersembunyi mengelabuiku dengan berbagai inovasinya. Dia menari - nari di pikiran sambil menjulurkan lidah penuh dengan ejekan, karena aku tak juga bisa menemukan. Ya Tuhan,, benarkah aku butuh jawaban?? bukankah jawaban itu juga sedari dulu tergantung nyata?? bukankah Jawaban adalah kenyataan yang kusaksikan tiap pagi?

tapi ternyata aku juga manusia. Yang menolak kepahitan. Aku bahkan tidak hanya enggan percaya tapi memang tak sanggup percaya..bahwa yang di depan mata bukanlah ilusi. seperi mimpi semalam tadi. Bahwa ketiadaan yang kulihat bukan karena remang mata buramku, bukan karena bias penglihatanku..

Besok aku akan pakai kacamata. Jika aku tak bisa percaya dengan mata sendiri, mungkin aku perlu kaca mata. Butuh alat bantu pemercaya..biarlah..biar bukan bayangan yang kuliah. biar tak lagi angan yang kuciptakan sendiri. Tapi objek yang nyata dan benar. Meski kacamata itu nanti hanyalah menjadi penampung airmata..

Kehilangan

Aku masih belum siap saat keputusan itu terluncur dari bibirku sendiri. Entah apakah telah terlumuri oleh minyak hingga selicin itu aku katakan. Tergagap - gagap aku menggapai udara saat siluet bayangnya menjauh dan mengecil hingga hilang dalam gelap.

Beginikah rasanya kehilangan..??


hingga aku sendiri yang menghilang dalam kehilangan. Rasanya tak ingin muncul. Rasanya tak memiliki hasrat untuk timbul. Malu aku pada pagi. Segan aku pada malam. Enggan aku bergesekan dan seruang dengan udara. Ingin pergi, tapi semilipun tak bisa berpindah. Penuh,,lalu Luruh,,membanjiri pikiran dan menggelembungkan perasaan.

Ingin aku dibawa Lari. Tapi yang berjanji justru pergi. Yang dinanti tak kunjung menghampiri. Sedetik ingin ku kejar. Sedetik kemudian, aku melangkah kebelakang. Sedetik lagi, ingin aku terbang mengejar. Sedetik kemudian aku justru roboh ditempat. Tak kuasa membayangkan kehilangan yang bukan hanya sekarang. Mungkin juga masa depan. Mungkin, masa depan itu sendiri yang hilang.

Aku ingin tidur..
dan bangun dalam tidur..
agar aku tak lagi merasa sakit. agar aku tak menangis.

Ternyata aku hanyalah seorang pengecut yang meneriaki lari pada diri sendiri
Tapi ternyata,,untuk melarikan diri saja aku tak mampu..

Apresiasi Keegoisan



Egois itu sulit..
Karena manusia terlahir dengan pembeda bernama nurani

Egois itu tak mudah..
karena masing - masing diantara kita telah dilengkapi perangkat yang bernama naluri
adakah orang yang benar - benar hidup sendiri?



Pengasingan sudah tak lagi populer.. koloni dan komunitas kini menjadi sentra kehidupan. Lalu, mengapa ada orang - orang yang selalu merasa sendirian diantara padat keramaian?? sedang ada pula orang - orang yang takut ditinggalkan dan begitu Eenghamba pada kebersamaan??

Tetap saja.. manusia berjudul individu yang mendasarkan perilaku berpikir dan bertindak atas diri sendiri sebagai prioritas.. dan ketika titik fokus pertimbangan digeser, tidak berdasarkan pada diri sendiri.. saat itulah derajat kemanusiaannya diangkat beberapa tingkat diatas orang - orang yang berjudul egois..

padahal..

Egois itu butuh energi,, untuk bertahan atas pemberontakan tentakel2 tak berwujud pasukan rasa bersalah

Egois itu menguras kehidupan,, memakan seluruh nutrisi pikiran. bertahan pada kondisi demikian sama dengan memasuki labirin perasaan yang buntu..

Egois itu memunculkan kekuatan tak terbatas yang menerjang halangan bahkan yang telah membatu dan tertanam. Namun secara bersamaan menghadirkan bom psikologis yang sama sekali bukan kenikmatan

Sekali lagi.. egois itu sebuah usaha kompleks yang jauh dari kategori sederhana. Namun justru beresiko dan melelahkan

Egois menawarkan sejumput kemanisan hasil namun kepahitan proses yang tak mudah..
sekiranya,, orang - orang egois patut lah diberi apresiasi.. atas keputusan menjadi egois

Menjadi egois atau arif itu hanya sebuah pilihan
.. karena menjadi egois tak lebih mudah dari menjadi arif..

Monolog Bisu

aQ meramaikan sepi dengan
berbicara sendiri. Apakah bumi ini sudah ditinggal mati penghuninya? Sepertinya
kiamat masih jauh. Dan selamanya jauh. Karena tak satupun ingin mendekat.
Jangankan yang hidup. Bangkai – bangkai yang tertanam di perut bumi pun enggan
beranjak saat sangkakala memanggil..


aQ terus berbicara sendiri.
Kemana orang – orang itu pergi? aQ rindu berdialog. Begitu rindunya aQ dengan
perbincangan. Namun yang kudapati hanya diriku sendiri. Barangkali aQ butuh
cermin yang lebar, agar aQ merasa punya teman, meski hanya bayangan.

aQ tak punya lawan bicara. aQ tak
menjumpai lawan – lawanku. Lalu mana kawan – kawanku? Panas menyengat begini aQ
menggigil. Entah sudah berapa lama seperti ini. Barangkali aQ gila sudah lama,
hingga satu persatu orang pergi aQ tak menyadari.

aQ masih belum berhenti menanyai
diriku.

Adakah yang salah? Jiiwaku menuntunku untuk mencintai apa yang orang
benci dan bersahabat dengan apa yang orang cerca. aQ terus saja percaya dengan
apa yang kuyakini, hinggga tak adalagi yang percaya padaku.

Tak ada siapa – siapa. Tapi
rasanya aQ letih dengan bising saat ini. Saat mulutku mulai mencercah ramai
dengan balasan – balasan dialog fiktif. Tiba – tiba monolog berhenti. Monolognya
mati. Ia membiru. Membisu. Membiarkanku mengering karena sunyi. Lalu mati
karena sepi.

Rujak PEMILU





RUJAK...
kaya vitamin tapi juga penaik asam lambung.. warna - warni dalam satu kata homogen= BUAH. Ketika belum disatukan. beragam rasa yang terintegrasi menjadi satu rasa = LEZAT
Apa yang kalian pikir tentang rujak?? perbedaan masing2 elemen?? atau kelezatan penyatuannya??

ternyata, yang berbeda itu bisa dinikmati lebih lezat ketika disatukan.. tanpa harus merubah rasanya.. tapi hanya dengan mencampurkannya..

Ok,, sekarang kita lihat perbandingan rujak dengan sesuatu yang beragam di sisi yang lain..
dicampur apakah seLEZAT rujak????



Titik Balik Sebuah Gambar


Suatu ketika aku pernah diminta untuk menggambarkan aku dengan sebuah bentuk yang representative.

Lama aku berpikir sejenak.. kemudian tanpa ragu segaris demi segaris aku menggambar sebuah bentuk..

" Apa ini ??" tanya sang peminta yang heran dengan gambar yang semrawut.

" Itu proses.. " kataku.

"Absurd sekali maksudnya..??" ia ingin memperoleh penjelasan gambar yang lebih diterima akal..

"Itu metamorfosis", kataku melanjutkan

"Mengapa..?", tanyanya lagi

sebenarnya aku hendak menjawab karena aku orang yang enggan berhenti.. menyukai proses dan perjalanan.. tapi aku urungkan dengan menjawab sederhana.

"Karena aku hanya ingin memiliki proses itu.."


Mungkin si peminta gambar berpikir aku berorientasi pada akhir metamorfosis itu, mewujud sebagai kupu - kupu yang mempesona. Bukankah iya?? Hm,, sepertinya menyeretku pada kesimpulan itu, adalah hal yang wajar.. karena sebelum aku memberi jawaban terakhir,, beberapa detik sebelumnya yang kubayangkan adalah sayap dan pesona warna. Kebebasan, eksistensi dan gemerlap diri danwujud indah.

Tapi, sebelum berucap, peminta bertanya lagi,, sepertinya pertanyaan akhir yang harus kututup mempesona, menutupi wujud gambar yang sama sekali tak bisa dibanggakan.

"Proses mana yang paling kau ingini??"akhirnya pertanyaan ini sampai juga.

" Proses berpuasa.. menahan diri" kataku dengan terbata, membayangkan konsekuensi psikologis dan komitmen jangka panjang atas ucapan tadi.

" Baik jika begitu,,selamat melanjutkan proses, atau mungkin memulai proses..", ucapnya dengan senyum mengembang.

Ucapan tadi ternyata bergemuruh di dalam hati, meluruhkan hasrat yang meloncat - loncat tinggi. Jadi,, ternyata aku digiring untuk memulai proses yang baru saja terdeklamasi.

"Lya,,kamu barusan bicara sama siapa??" wanita separuh baya itu membangunkan lamunanku.

"Oh,, sama bayangan di kaca Bunda.." kataku lirih

" Bukankah kamu yang dari tadi bercermin...??"