header-photo

Monolog Bisu

aQ meramaikan sepi dengan
berbicara sendiri. Apakah bumi ini sudah ditinggal mati penghuninya? Sepertinya
kiamat masih jauh. Dan selamanya jauh. Karena tak satupun ingin mendekat.
Jangankan yang hidup. Bangkai – bangkai yang tertanam di perut bumi pun enggan
beranjak saat sangkakala memanggil..


aQ terus berbicara sendiri.
Kemana orang – orang itu pergi? aQ rindu berdialog. Begitu rindunya aQ dengan
perbincangan. Namun yang kudapati hanya diriku sendiri. Barangkali aQ butuh
cermin yang lebar, agar aQ merasa punya teman, meski hanya bayangan.

aQ tak punya lawan bicara. aQ tak
menjumpai lawan – lawanku. Lalu mana kawan – kawanku? Panas menyengat begini aQ
menggigil. Entah sudah berapa lama seperti ini. Barangkali aQ gila sudah lama,
hingga satu persatu orang pergi aQ tak menyadari.

aQ masih belum berhenti menanyai
diriku.

Adakah yang salah? Jiiwaku menuntunku untuk mencintai apa yang orang
benci dan bersahabat dengan apa yang orang cerca. aQ terus saja percaya dengan
apa yang kuyakini, hinggga tak adalagi yang percaya padaku.

Tak ada siapa – siapa. Tapi
rasanya aQ letih dengan bising saat ini. Saat mulutku mulai mencercah ramai
dengan balasan – balasan dialog fiktif. Tiba – tiba monolog berhenti. Monolognya
mati. Ia membiru. Membisu. Membiarkanku mengering karena sunyi. Lalu mati
karena sepi.

Rujak PEMILU





RUJAK...
kaya vitamin tapi juga penaik asam lambung.. warna - warni dalam satu kata homogen= BUAH. Ketika belum disatukan. beragam rasa yang terintegrasi menjadi satu rasa = LEZAT
Apa yang kalian pikir tentang rujak?? perbedaan masing2 elemen?? atau kelezatan penyatuannya??

ternyata, yang berbeda itu bisa dinikmati lebih lezat ketika disatukan.. tanpa harus merubah rasanya.. tapi hanya dengan mencampurkannya..

Ok,, sekarang kita lihat perbandingan rujak dengan sesuatu yang beragam di sisi yang lain..
dicampur apakah seLEZAT rujak????



Titik Balik Sebuah Gambar


Suatu ketika aku pernah diminta untuk menggambarkan aku dengan sebuah bentuk yang representative.

Lama aku berpikir sejenak.. kemudian tanpa ragu segaris demi segaris aku menggambar sebuah bentuk..

" Apa ini ??" tanya sang peminta yang heran dengan gambar yang semrawut.

" Itu proses.. " kataku.

"Absurd sekali maksudnya..??" ia ingin memperoleh penjelasan gambar yang lebih diterima akal..

"Itu metamorfosis", kataku melanjutkan

"Mengapa..?", tanyanya lagi

sebenarnya aku hendak menjawab karena aku orang yang enggan berhenti.. menyukai proses dan perjalanan.. tapi aku urungkan dengan menjawab sederhana.

"Karena aku hanya ingin memiliki proses itu.."


Mungkin si peminta gambar berpikir aku berorientasi pada akhir metamorfosis itu, mewujud sebagai kupu - kupu yang mempesona. Bukankah iya?? Hm,, sepertinya menyeretku pada kesimpulan itu, adalah hal yang wajar.. karena sebelum aku memberi jawaban terakhir,, beberapa detik sebelumnya yang kubayangkan adalah sayap dan pesona warna. Kebebasan, eksistensi dan gemerlap diri danwujud indah.

Tapi, sebelum berucap, peminta bertanya lagi,, sepertinya pertanyaan akhir yang harus kututup mempesona, menutupi wujud gambar yang sama sekali tak bisa dibanggakan.

"Proses mana yang paling kau ingini??"akhirnya pertanyaan ini sampai juga.

" Proses berpuasa.. menahan diri" kataku dengan terbata, membayangkan konsekuensi psikologis dan komitmen jangka panjang atas ucapan tadi.

" Baik jika begitu,,selamat melanjutkan proses, atau mungkin memulai proses..", ucapnya dengan senyum mengembang.

Ucapan tadi ternyata bergemuruh di dalam hati, meluruhkan hasrat yang meloncat - loncat tinggi. Jadi,, ternyata aku digiring untuk memulai proses yang baru saja terdeklamasi.

"Lya,,kamu barusan bicara sama siapa??" wanita separuh baya itu membangunkan lamunanku.

"Oh,, sama bayangan di kaca Bunda.." kataku lirih

" Bukankah kamu yang dari tadi bercermin...??"