header-photo

Ilusi Tengah Malam


Baru saja aku bangun dari mimpi aneh. Setelah terjaga semalaman. Lolongan anjing membuat merinding. Masih jam 3 pagi. Setahuku, tetangga - tetangga sebelah tak ada yang punya anjing. Entahlah, kata orang lolongan anjing tengah malam mengabarkan adanya setan - setan bertebaran.. Mataku masih mengantuk. tapi hati dan pikiranku sudah terjaga. sejak di mimpi barusan. Aku sudah menyadari aku bermimpi saat aku masih mimpi. Ah,,, kepalaku jadi makin pening. Lambat - lambat aku berdiri dan berjingkat menuju westafel di ruang tengah. Dingin sekali. Ternyata aku lupa menutup jendela. Air dini hari ini menusuk pori pori pipi..aku bergidik saking dinginnya.
Kutarik sajadah panjang. sejenak ku heningkan pikiran yang sedari tadi meloncat - loncat karena mimpi barusan. Ku diamkan emosi sebentar untuk memusatkan konsentrasi. Aku hendak berbincang dengan penciptaku.
lantunan ayat berbunyi pelan bahkan lebih pelan dari bunyi udara yang sedang bersuara. aku tak tahu sudah berapa lama..tapi lama kurasakan kakiku menegang dan aku mulai letih..


Kusudahi sesi bercerita dan pengaduan pada yang Maha Memahami. aku kembali berpikir tentang mimpi tadi. selalu.. mimpi itu terputus.. aku tak tau apa maksudnya. orang yang sama, alur yang sama, terputus di kondisi yang sama, perasaan yang tertinggal pun sama... dan yang paling aneh aku tak pernah bisa mengingat bagaimana cerita mimpinya.. yang teringgal hanyalah rasanya saja.. sudah berulang - ulang. apakah ini sebuah jawaban?

sudah lama aku bertanya, dan jawaban masih nyaman saja bersembunyi mengelabuiku dengan berbagai inovasinya. Dia menari - nari di pikiran sambil menjulurkan lidah penuh dengan ejekan, karena aku tak juga bisa menemukan. Ya Tuhan,, benarkah aku butuh jawaban?? bukankah jawaban itu juga sedari dulu tergantung nyata?? bukankah Jawaban adalah kenyataan yang kusaksikan tiap pagi?

tapi ternyata aku juga manusia. Yang menolak kepahitan. Aku bahkan tidak hanya enggan percaya tapi memang tak sanggup percaya..bahwa yang di depan mata bukanlah ilusi. seperi mimpi semalam tadi. Bahwa ketiadaan yang kulihat bukan karena remang mata buramku, bukan karena bias penglihatanku..

Besok aku akan pakai kacamata. Jika aku tak bisa percaya dengan mata sendiri, mungkin aku perlu kaca mata. Butuh alat bantu pemercaya..biarlah..biar bukan bayangan yang kuliah. biar tak lagi angan yang kuciptakan sendiri. Tapi objek yang nyata dan benar. Meski kacamata itu nanti hanyalah menjadi penampung airmata..

0 comments: