header-photo

Between 8 miles


Universitas Indonesia, Salemba pic :http://urbansketcherwidiyatno.wordpress.com
Sudah kurang lebih delapan bulan saya menjadi mahasiswa sekaligus seorang pegawai abdi negara. Setiap hari, saya melakukan kurang lebih 8 mil perjalanan jauhnya untuk mencapai kampus saya di seputar Salemba. Dalam perjalanan ke kampus setiap sore, mengendarai motor dan melaju pelan karena macet Jakarta di jam pulang kantor, ada perasaan yang sulit saya jelaskan. Atau lebih tepatnya agak malu saya jelaskan karena sebenarnya saya tahu benar apa yg saya rasakan tapi masih menimbang apakah apa yang saya alami normal atau berlebihan. 

Secara sederhana, apa yang saya rasakan adalam semacam kegembiraan, energi, semangat yang lebih mudah jika diterminologikan dengan kata enthusiasm.Dalam kamus english oxford, kata enthusiasm diartikan sebagai berikut:
1. intense and eager enjoyment, interest, or approval:  2.archaic, derogatory religious fervour supposedly resulting directly from divine inspiration, typically involving speaking in tongues and wild, uncoordinated movements of the body. 
atau dalam kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan kegairahan; gelora semangat; minat besar terhadap sesuatu. 

Lalu apa yang menjadikan saya memiliki persaan tersebut? Mungkin terdengar muluk, tapi saya ingin mengatakannya dengan jujur. I love to be a learner.  Ketika di kelas, seletih apapun saya, kelas seperti me recharge energi buat saya. Walaupun kadang setelah keluar kelas bahkan saya sudah lupa details yang diomongkan oleh dosen, atau justru bingung dengan materinya, saya tetap bahagia. Seperti menemukan sesuatu yang memang saya cari.

Dalam perjalanan pulang, saya lebih banyak berpikir. Setelah saya lulus suatu hari, apa lagi yang saya bisa lakukan? ada keinginan yang sangat besar untuk mengajar. Menjadi dosen, pekerjaan idaman saya. Namun rasanya malu jika jadi dosen tapi kurang ilmu. Karena menurut saya, menjadi guru adalah pendidik. Bukan sekedar pembaca slide atau pemberi ceramah. Namun harus bisa memberikan pencerahan. Rasa - rasanya saya masih jauh dari kemampuan memberikan enlightenment. Alih- alih justru saya yang masih sangat butuh dicerahkan. Keresahan saya yang kedua dan yang terbesar adalah pekerjaan saya sekarang hingga saat ini (belum) memungkinkan saya untuk menjadi seorang pendidik.

Kira - kira demikian saya menghabiskan 4 jam waktu saya selepas kerja. Dalam delapan mil keberangkatan, ada dialog bisu antara pikiran saya dan hati saya yang bergairah, yang bersuka cita menikmati perjalanan. Seolah menjemput kekasih impiannya, ilmu.

Lalu di delapan mil berikutnya ada perbincangan lesu - masih antara saya dan pikiran saya tentang ketidaksiapan menghadapi masa depan dan tanggung jawab setelah menerima sejumput ilmu. Perjalanan pulang setelah pesta ilmu selalu menyisakan keresahan atas pilihan jalan hidup yang dijalani saat ini, namun ciut untuk mengambil sikap berani. Meringkuk dalam tirani yang saya buat sendiri :Saya bisa kuliah karena saya bekerja

Semoga suatu hari saya bisa membuka pagar dan mengubah kalimat diatas menjadi, saya bekerja karena saya bertanggung jawab atas ilmu yang saya dapat di kuliah, Amin

Leiden University, yang berjarak ribuan mil dari Jakarta. One day :)

3 comments:

JoJo said...

Li....sesuai program pemerintah...ayo sekolah...haaaa, anyway bentar lg aku menjd pengangguran lg, klo aku ikutan test2 di jekarda, as usual, saya mengampung di rumahmu.

Agustina Rahayuningtyas said...

just found out and read this post. Aamiin for your wishes, mbak Himi :)

Anonymous said...

selamat menimba ilmu semoga harimu ceria selalu jangan khawatir dan ragu melangkahlah di masa depanmu dengan semangat semoga allah swt besertamu selalu amien...