header-photo

Memaafkan Belanda


Jangan agungkan Eropa sebagai keseluruhan. Di mana pun ada yang mulia dan jahat. Kau sudah lupa kiranya nak, yang kolonial selalu iblis. Tak ada kolonial yang mengindahkan kepentingan bangsamu
Semua Anak bangsa _Pramoedya Ananta Toer_

Suatu malam, dosen macroecomics saya yang cantik nan ajaib membuka pertemuan dengan pertanyaan:

 "Kalian percaya jika Indonesia benar-benar dijajah oleh belanda 350 tahun?"
 Selama itu, bisa jadi ada 7-10 generasi yang hidup dijajah terus menerus oleh negara orange yang kala itu juga sedang dijajah Perancis.

"Saya tidak percaya", ujar ibu ini. Saya juga (ingin) tidak percaya Bu.

Betapa baik rakyat Indonesia ini. Sungguh memiliki kepribadian yang mulia. Setelah beratus - ratus tahun hidup dengan kesengsaraan, neraka di negeri sendiri, miskin dan mati di lumbung padi dan kaya karena penjajah - amat sangat mudah memaafkan penjajahnya. Bayangkan, bahkan setelah merdeka, si kompeni yang luas negaranya tidak lebih dari provinsi Jawa Barat ini masih aja "ngobok-ngobok" kedaulatan kita dengan agresi militernya, tapi tak lama setelah itu, kita sudah berbaikan dengan para londo.

Douwes Dekker dan politik etis atau "balas budi"


Fenomena ini digambarkan secara apik oleh Pramoedya dalam tetralogi Pulau Buru nya. Bahwa ada kekonyolan klasik dan nyata. Rakyat saat itu, sadar sedang dijajah. Namun tak menampikkan kekagumannya terhadap Belanda - penjajahnya.

Tokoh 'Minke' sebagai pribumi, diceritakan sebagai intelektual muda kala itu, seorang nasionalis namun diam - diam dalam hati, menjadikan orang - orang eropa menjadi tokoh idaman. Di awal cerita, Minke menikah dengan penanakan Belanda.

Bersama Ny. Ontosoroh -mertuanya,  wawasannya mulai terbuka. Ia dihadapkan antara kekaguman yang berlimpah terhadap peradaban Eropa, dan kenyataan di selingkungan bangsanya yang kerdil.

Minke adalah sebuah potret nyata yang tak diceritakan sejarah, yang melulu bercerita tentang heroik bangsa, namun meminggirkan fenomana ini. Sejarah menggambarkan kita membenci Belanda teramat sangat. Aspek psikologis lain, seperti kecintaan diam - diam ini tak pernah dituturkan.


 Tanpa bermaksud memprovokasi, namun juga berusaha memahami "kepribadian yang mengagumkan" dari rakyat Indonesia. Kita tengok bagaimana China dan Jepang, penjajahan masa lalu itu masih menoreh dendam dan pembalasan era modern. Walaupun generasi yang merasakan penjajahan sudah sedikit sekali yang tersisa, namun potret kekejaman tersebut masih membarakan amarah. Entah dari sisi ekonomi, pertahanan, maupun politik, usaha 'pembalasan" masih terasa. masyarakat China mudah terprovokasi. Jepang salah sedikit saja amat mudah membuat China membuat gerakan "Ganyang Jepang"

Ekonomi misalnya, China yang sedang kaya raya, berusaha menggerogoti perekonomian jepang dengan memperkuat mata uang yen. Sepintas ini adalah upaya mulia, tapi tengok bagaimana imbasnya jika mata uang yen menguat terlalu tinggi. Di macroeconomics saya belajar (baru setengah semester, semoga ga terdengar sotoy, meskipun emang iya ). Sederhananya begini, China saat ini mengalami excess of investment supply atau kelebihan dana untuk investasi. Dana tersebut kemudian mengalir ke negara lain, salah satunya jepang. Ketika investasi melimpah dan meningkatkan nilai mata uang jepang (yen), maka praktis ekspor jepang akan merosot, karena barang - barang jepang menjadi mahal. Ketika negara pengimpor komoditi jepang kewalahan dengan naiknya harga barang jepang, maka China akan berjaya. Komoditi ekspor China akan lebih diminati karena harganya yang murah.

Lalu Bandingkan dengan Indonesia yang amat akur dengan Jepang. Kan cuma 3.5 tahun? Baiklah, karena hanya sebentar maka tak perlu marah berlebihan. Berkunjunglah ke Lawang Sewu yang terkenal, maka kita akan bisa lihat potret kekejaman Jepang dengan penjara berdiri dan jongkoknya. Jika saja Indonesia negara yang mapan macam Amerika, dan pendendam seperti China, saya tidak yakin jerpang dan Indonesia baik - baik saja. Syukurlah nenek moyang kita mewariskan kepribadian yang menawan untuk cepat memaafkan, dan masih banyak PR kemiskinan (serta bencana) yang belum selesai. Jadi masalah perang nomer sekian. Belum lagi alutista kita yang mengenaskan. Alhamdulillah yah :)

Lalu bagaimana dengan Belanda? hubungan dengan belanda ini unik. Entahlah, karena saya bukan pakar sejarah, saya tak bisa menjelaskan secara logis bagaimana kecintaan dan kekaguman diam - diam ini terbentuk dalam suasana kepedihan penjajahan (agak lebay dikit yah bahasanya. hehe..).

Saat ini, JASMERAH (jangan pernah lupakan sejarah) sudah menjadi bagian dari sejarah itu sendiri. Belum satu abad kita merdeka, namun jangan ditanya tentang pendapat anak muda tentang Belanda. Mungkin separoh dari para pemuda selain mencintai negerinya juga mencintai eropa sebagai mimpinya Saya contohnya. Saya adalah Minke abad 21.

Alasan saya sederhana; Eropa menawarkan ilmu yang saya minati dan sedang saya tekuni. Saya menggeluti bidang pajak, tapi di Indonesia, tidak ada universitas yang menyediakan program S1 Perpajakan, alih-alih program Master dan Doktornya. Lalu dimana? Belanda lah jawabannya. Saya Minke, mungkin anda juga.Yang dalam hati sedih akan masa lalu, yang membenci Belanda masa lalu, tapi diam - diam mendamba menjelajah indahnya, mengenyam ilmunya.

Universiteit Leiden, yang memiliki program Advance International Law Taxation
Beberapa waktu lalu saya melihat - lihat beasiswa sekolah eropa di Europe Higher Education Fair. Lihat stand - stand universitas belanda yang lagi nawarin dagangannya. Komoditinya sekarang: Formal Educations, as Pride Wealth. Pendidikan Eropa memang memukau, bagai berlian yang berkilau untuk orang - orang miskin ilmu seperti saya. Dengan berjanji untuk tidak menjadi Brain Drainer, dan niat suci menjadi seorang pendidik suatu hari kelak, tak apalah saya menjadi Minke.

Semoga saya tak menjual harga diri bangsa dengan berkeinginan mendapatkan beasiswa kesana. Syukur - syukur jika ilmu yang di dapat bermanfaat di negeri saya tercinta, semoga dosa agregat bangsa Belanda itu bisa diampuni dan dicacat sebagai amal jariyah yang bisa mengurangi dosa - dosanya :)

0 comments: