Nyali mikroskopis
Kamu tak punya alat transportasi, tapi tak menyusutkan langkahmu untuk mencari nafkah untuk keluargamu. Kamu mungil. Tapi nyalimu menjulang setinggi gunung. Mengisi perutmu tak pernah mudah, tapi kamu cukupkan rejekimu dengan membagi hasil tangkapanmu dengan teman - temanmu.
Manusia seharusnya malu. Konon katanya kami punya akal. Tak sepertimu yang katanya hanya punya nafsu. Dia serakah. Jangan kan berbagi, Dia justru tak segan berbuat curang dan ambil bagian orang lain. Dia malas, dan punya sejuta alasan untuk tetap berbaring dalam kemalasannya menunggu rejeki datang.
Buatmu, aku yang mematung di sebelah bongkahan tangkapanmu ini adalah raksasa. yang siap memencetmu kapan saja. Tinggal lah berita duka untuk keluargamu. Kamu mati diinjak kelingking sang raksasa. Tapi sungguh itu tak menyiutkan langkahmu untuk memecah bongkahan roti dan membawanya pulang untuk keluargamu.Meski ada aku yang sedari tadi memelototimu.
Dalam lipatan - lipatan tubuhmu yang mikroskopis, kamu adalah pemimpin. PEMIMPI yang punya senjata huruf "N" diujungnya. NYALI. Itu yang membedakan kamu dengan manusia - manusia seperti saya. Raksasa, namun kadang nyali kami jauh lebih mikroskopis dari tubuhmu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment