header-photo
Showing posts with label Monolog Hati. Show all posts
Showing posts with label Monolog Hati. Show all posts

Doa

Robb.. dimana aku bisa mendapatkan orang yang aku inginkan?
Yang penuh kasih sayang, yang penuh kebaikan, kesetiaan serta ketaatan kepadaMU

Ya Robb..
Jadikanlah aku wanita yang pantas untuk mendampingi umat terbaikMu, dimana aku rela sami'na wa ato'na

Ya Robb..
Jika aku blm pantas, maka pantaskan aku dlm kemuliaanMu
Amiiin ya Robb.. :)

Firasat

Percayakah kamu jika seluruh jagad raya ini terkoneksi? makhluk hidup dan yang tak hidup bisa berkomunikasi, dengan caranya tersendiri. Sebagaimana seekor serangga kecil tahu saat bahaya datang, dan sekelompok burung tahu jika hujan badai sudah mengintai. Yang hidup, sebaiknya memperhatikan tanda - tanda. Jika ia peduli, jika ia menyayangi. Karena firasat yang demikian tak pernah bohong

Jika dengan yang tak hidup saja kita bisa saling meberi kabar, bagaimana dengan yang sesama memiliki perasaan, pikiran, dan kemapuan untuk berkomunikasi secara badaniah? Ternyata tak semua semua orang bisa terkoneksi dengan mudah dan saling berfirasat.


Semakin dekat seseorang dengan seseorang lainnya, semakin kuat hubungan firasat tersebut. seperti hubungan ibu - anak, saudara kembar, mereka terkadang bisa merasakan bagaimana perasaan anaknya, atau kondisi saudaranya jika sedang sakit ataupun bahagia.

Namun yang terpenting adalah, apakah yang kita lakukan setelah firasat tersebut, apakah dengan mempercayainya justru firasat tersebut akan terjadi? atau jika firasat tersebut kita abaikan, apakah benar akan ada penyesalan?




Sudut Gelap Yang Tertawan



Sampailah aku pada satu sudut ..
dan kesimpulan yang menciut, beringsut pelan - pelan dalam hati, menjalar menembus pikir

"aku ternyata bukan orang baik"

Mengapa harus ada dikotomi hidup yang mendiskriminasi?

Siapa yang berani - beraninya memberi takaran ini adalah baik, itu adalah tidak baik?? batasan - batasan yang dibuat hanya karena manusia itu terbatas.

Hidup tak melulu tumbuh dari kebaikan, tapi juga dari najis dan dosa.


Itu adalah kata - kata sakti yang saya kutip dari teman saya. Yang secara cerdas, ia bangkit dari kesadaran sisi gelap yang ia miliki. Meretas dan merangkak untuk sebuah proses perbaikan. Sepertinya mudah berkata tak ada gading yang tak retak. Tapi tetap saja tergagap saat tau kitalah yang retak, tak sempurna dan cacat. Betapa sulit menyadari, mengakui hingga memiliki kekuatan untuk membalik keadaan. Dijadikan bahan bakar untuk lebih baik. Karen kegagalan di satu proses, bisa membuat keadaan semakin fatal.

Memanage perasaan marah, kecewa, kesal di awal bukanlah hal mudah. Butuh perasaan legowo, lapang dada, kesadaran untuk introspeksi dan ketahanan untuk meresapi kritik.
Bangkit! saatnya untuk mencermati kekurangan. Kadang perasaan yang justru memfilter kesadaran untuk berbenah diri.

Setiap orang pasti punya sudut hitamnya, sisi gelapnya. Ibarat kaset. Sibe B selalu setia mendampingi Side A. memberi pilihan buat pemiliknya, mana yang akn diputar. tentu saja itu pilihan. Dengan keberadaan sisi gelap yang eksis keberadaaanya, setia menjadi alternatif membuat si pemilik ragu: apakah dilepaskan di permukaan sebagai cover both side? atau didiamkan saja sat ia melecut, meloncat-loncat minta diwujudkan.

Mungkin justru karena selalu dipendam, ditimbun di dasar pikir, maka ketika meledak, hancurlah seluruh kerajaan kebaikan yang tercitrakan. Tapi jika dimunculkan, tak akan terbangun citra kesempurnaan. Simalakama! Inilah akhirnya yang membuat manusia menjadi naif. Mencederai diri sendiri dengan tidak jujur pada batinnya.

Lalu, jika nurani, hati, logika, tak lagi bisa melawan desakan sisi gelap yang sudah lama tertawan, maka ia akan muncul ke permukaan dengan ataupun tanpa sadar. dan jika begitu, siap - siaplah akan rekasi atas aksi!!

Dan,, beginilah akhirnya:

"meluruh rasanya aku mendengar patah - patah kata"
seperti ketika langit menderu cacian, dan aku tak punya ruang untuk menyembunyikan telinga
seperti ketika matahari memadamkan energi, hanya gelap yang tersisa meski mata terbuka

"ternyata, aku orang yang lemah "hanya secuil keberanian untuk sanggup bertahan diantara deraan badai

Ampuni aku Tuhan..Jika tobatku tak Kau dengar, retakan gading ini tak kan pernah tertambal..
patah menjadi kepastian hancur menunggu waktu..
Ampuni,,
Ampuni,,
Ampuni,,

Mendung Sore Hari


Mendung menggulung senyumku sore itu. Ingin bergegas pulang, tapi awan hitam menggelapkan sore. Belum waktunya sepetang ini sebenarnya. Tapi tabir comulus memekatkan langit. Dingin angin juga menambah suasana suram. Menambah enggan berjalan sendirian. Apalagi dengan sedikit sesal, sengaja meninggalkan payung di kasur. Dengan anggapan hanya pemberat bawaan. Huh... selalu begitu. saat butuh, justru yang biasa disiapkan terlalaikan.

baiklah,, mari kita buat pilihan. Pulang kebasahan atau diam menunggu terang.
pilihan sulit. kalau pulang, basah bisa sakit. Kalau berdiam disini yang terencanakan bisa terlewat. tak semua hal bisa menunggu kita kan??

ayo sekarang pikirkan dengan cepat. ah.. benci aku pada kondisi ini.
satu hal saja. lakukan. Basah toh cuma air. Pulang telat, berati hanya menggeser waktu tidur.

Ctaaar...!!!

Kilat menampar. Terang memberi penyadaran. sebentar lagi hujan.
ayo bergegas.. aku mulai menjejakkan langkah kedepan. berlari - lari kecil hingga tak sadar sudah kencang berlari..

tes.. tes..
butiran hujan mulai menyentuh kulit, memudarkan pandangan
tahu - tahu sudah basah..
tahu - tahu air membanjir..

wah, ternyata berlari saat hujan itu menyenagkan juga..rasanya,, rasanya,, seperti tak terbebani pikiran, ini bisa jadi candu kepenatan..kutadahkan wajahku ke langit. .wajahku dipijat oleh deras hujan. Oh,,,, sangat menyenangkan.. sentuhannya melegakan. Membasahi kerongkongan. Terpuaskan barang sejenak, bermain - main dengan hujan.

Ah.. kenapa tak sedari dulu aku menantang deras hujan. hanya karena takut basah, baju kotor dan tetek bengeknya??
aturan aturan yang kuciptakan, kesempurnaan hidup yang ku junjung, kemapanan yang kuimpikan, kenyamanan yang ku lakoni serta persepsi agung yang kujaga, luntur saat bulir - bulir air ini merembes ke celah celah tubuh, tak seincipun ku biarkan kering..

tak kubiarkan seincipun dariku tak merasakan kegirangan hujan - hujanan..

hehehe.. sekali - kali nakal sedikit. Kalau ketahuan Ibu hujan - hujanan begini,, bisa dijewer aku..


Ctaaaaaaaarr!!!!!
lagi - lagi petir menyambar..
Ah,, silau..!!!

dua detik cahaya yang berpendar dilangit merubah keadaan..

dan..


"nona, ga pulang??"
..
...
....

"Eh??"

"sebentar lagi hujan.."

"tak bawa payung.."

"mau pulang bersamaku?"

..
...
....

baru sadar..
mengapa tadi hanya ada dua pilihan?? basah dan menunggu terang

padahal masih bisa satu lagi

pulang bersama orang lain, sepayung dengan orang lain. Tanpa basah, dan juga selamat sampai tujuan. .

kadang,, ketakutan membuat tak bisa berpikir terang..
kadang,, harus ada tangan terjulur untuk menyelamatkan.

Ilusi Tengah Malam


Baru saja aku bangun dari mimpi aneh. Setelah terjaga semalaman. Lolongan anjing membuat merinding. Masih jam 3 pagi. Setahuku, tetangga - tetangga sebelah tak ada yang punya anjing. Entahlah, kata orang lolongan anjing tengah malam mengabarkan adanya setan - setan bertebaran.. Mataku masih mengantuk. tapi hati dan pikiranku sudah terjaga. sejak di mimpi barusan. Aku sudah menyadari aku bermimpi saat aku masih mimpi. Ah,,, kepalaku jadi makin pening. Lambat - lambat aku berdiri dan berjingkat menuju westafel di ruang tengah. Dingin sekali. Ternyata aku lupa menutup jendela. Air dini hari ini menusuk pori pori pipi..aku bergidik saking dinginnya.
Kutarik sajadah panjang. sejenak ku heningkan pikiran yang sedari tadi meloncat - loncat karena mimpi barusan. Ku diamkan emosi sebentar untuk memusatkan konsentrasi. Aku hendak berbincang dengan penciptaku.
lantunan ayat berbunyi pelan bahkan lebih pelan dari bunyi udara yang sedang bersuara. aku tak tahu sudah berapa lama..tapi lama kurasakan kakiku menegang dan aku mulai letih..


Kusudahi sesi bercerita dan pengaduan pada yang Maha Memahami. aku kembali berpikir tentang mimpi tadi. selalu.. mimpi itu terputus.. aku tak tau apa maksudnya. orang yang sama, alur yang sama, terputus di kondisi yang sama, perasaan yang tertinggal pun sama... dan yang paling aneh aku tak pernah bisa mengingat bagaimana cerita mimpinya.. yang teringgal hanyalah rasanya saja.. sudah berulang - ulang. apakah ini sebuah jawaban?

sudah lama aku bertanya, dan jawaban masih nyaman saja bersembunyi mengelabuiku dengan berbagai inovasinya. Dia menari - nari di pikiran sambil menjulurkan lidah penuh dengan ejekan, karena aku tak juga bisa menemukan. Ya Tuhan,, benarkah aku butuh jawaban?? bukankah jawaban itu juga sedari dulu tergantung nyata?? bukankah Jawaban adalah kenyataan yang kusaksikan tiap pagi?

tapi ternyata aku juga manusia. Yang menolak kepahitan. Aku bahkan tidak hanya enggan percaya tapi memang tak sanggup percaya..bahwa yang di depan mata bukanlah ilusi. seperi mimpi semalam tadi. Bahwa ketiadaan yang kulihat bukan karena remang mata buramku, bukan karena bias penglihatanku..

Besok aku akan pakai kacamata. Jika aku tak bisa percaya dengan mata sendiri, mungkin aku perlu kaca mata. Butuh alat bantu pemercaya..biarlah..biar bukan bayangan yang kuliah. biar tak lagi angan yang kuciptakan sendiri. Tapi objek yang nyata dan benar. Meski kacamata itu nanti hanyalah menjadi penampung airmata..

Kehilangan

Aku masih belum siap saat keputusan itu terluncur dari bibirku sendiri. Entah apakah telah terlumuri oleh minyak hingga selicin itu aku katakan. Tergagap - gagap aku menggapai udara saat siluet bayangnya menjauh dan mengecil hingga hilang dalam gelap.

Beginikah rasanya kehilangan..??


hingga aku sendiri yang menghilang dalam kehilangan. Rasanya tak ingin muncul. Rasanya tak memiliki hasrat untuk timbul. Malu aku pada pagi. Segan aku pada malam. Enggan aku bergesekan dan seruang dengan udara. Ingin pergi, tapi semilipun tak bisa berpindah. Penuh,,lalu Luruh,,membanjiri pikiran dan menggelembungkan perasaan.

Ingin aku dibawa Lari. Tapi yang berjanji justru pergi. Yang dinanti tak kunjung menghampiri. Sedetik ingin ku kejar. Sedetik kemudian, aku melangkah kebelakang. Sedetik lagi, ingin aku terbang mengejar. Sedetik kemudian aku justru roboh ditempat. Tak kuasa membayangkan kehilangan yang bukan hanya sekarang. Mungkin juga masa depan. Mungkin, masa depan itu sendiri yang hilang.

Aku ingin tidur..
dan bangun dalam tidur..
agar aku tak lagi merasa sakit. agar aku tak menangis.

Ternyata aku hanyalah seorang pengecut yang meneriaki lari pada diri sendiri
Tapi ternyata,,untuk melarikan diri saja aku tak mampu..