header-photo

Perjalanan Kedua: Diantara Tuli dan Buta



Maha Besar Allah Maha Pemberi Petunjuk
Dialah yang memilih hambanya, untuk berada dalam kerajaan surga, membisikkan hidayah pada hati, indra yang paling berharga.

seperti itulah.. rasanya menjadi sangat kerdil setelah menyadari bahwa Islam yang kumiliki saat ini adalah warisan, ditanamkan dari janin karena orangtuaku adalah muslim, keluargamu muslim, dan islam adalah sebuah mayoritas, kelaziman di hidupku. bukan sebagai pencarian..

30 Agustus 2009

Malam itu aku melakukan perjalanan. Kali ini bener2 berjalan. Dekat saja sih. Dari kos ke mushola di kampung. Tujuannya adalah terawih. Agak berbeda, karena biasanya aku ke Mesjid besar, tapi malam itu aku berniat untuk mencoba terawih di dekat kos saja.

Mungkin karena semangat, aku berangkat sepuluh menit lebih awal, jadilah aku sendirian di mushola itu, krik krik menunggu lama sekali. yang ada hanyalah anak2 kecil yang ribut maen petasan. Lupa bawa alquran, jadi membunuh waktu dengan meringkuk kedinginan. Karena saking kecilnya mushola, jama'ah wanita terawih di jalan dengan alas terpal dan tenda di atasnya. Akhirnya, ada bapak2 yang menyalakan mic. Mungkin mau adzan pikirku. Setelah itu bapak2 tadi mulai mengaji puji - pujian ala mesjid mesjid di kampung. kalo di rumahku malah puji - pujiannya dengan bahasa jawa. Lucu juga. hehehe

Setelah beberapa lama, bedugpun ditabuh. sesat sebelum sholat qobla isya, aku baru teringat sepertinya aku belum wudhu!! dasar dudul. jama'ah sudah banyak yang datang. Ga yakin tempat wudhu wanitanya tertutup, aku melesat kembali ke kos. Menyabet Hp dan segera meluncur ke mushola lagi.

Sholat isya belum dimulai. Sempatlah sholat qobla isya. setelah beberapa saat, aku mendengar dengan jelas bacaan sholat dari sebelah kanan sepertinya dua orang sebelahku. semakin aku berkonsentrasi dengan bacaanku sendiri, semakin aku mendengarkan bacaan sholat Ibu - iBu di sebelahku itu. Huh,, Ini nih kelemahan multitasker, susah fokus. karena share fokusnya bagus, jadi kalo fokus ma satu hal rada susah.

Setelah sholat, aku baru menyadari sepertinya Ibu tersebut pendengarannya terganggu. Sehingga beliau tak tahu, bahwa suara bacaan sholatnya terdengar. Aku tahu karena nenekku yang sudah udzur juga demikian. Lama aku berpikir. Jika aku terlahir tanpa kemampuan mendengar, apakah aku akan memiliki keyakinan tentang agama yang aku anut sekarang? sulit aku membayangkan aku belajar mengaji tanpa tahu bagaimana huruf ini dan itu berbunyi. Aku dulu suka sekali kisah - kisah nabi. Dari sanalah sedikit -demi sedikit aku percaya tentang Tuhan, tentang nabi, tentang mukjizat Alqur'an. aku jadi ingat tentang cerita para sahabat dari Ayahku, jendela ilmuku. Dari mana aku bisa percaya jika aku tak mendengar sendiri..? Subhanallah..

Allah Maha Besar memberi petunjuk bagi hamba yang ia kehendaki, meski tak mendengar, tapi keyakinan ditanamkan sekuat akar yang tak tercabut. Beruntunglah orang2 yang tak mendengar, tapi dalam hatinya. Alqur'an memenuhi ruang pengetahuannya.


Belum juga selesai aku memikirkan jika aku tak bisa mendengar, aku melihat jama'ah sebelah kiriku adalah Ibu yang tak memiliki penglihatan. Subhanallah. Melihat Ibu itu bangkit dan bangkit lagi untuk emulai dua rokaat terawihnya, bahkan lebih sigap dibanding jama'ah yang lain, aku terenyuh..

Ya Allah,, engkau yang membukakan pintu iman setiap hambaMu. Bagaimana aku bisa beriman padaMu jika yang kulihat hanyalah gelap tak ada habisnya. Bagaimana aku percaya padaMu jika aku tak melihat indahnya langit sore hari, dan penciptaannMu yang menabjubkan, menggerakkanku untuk berucap Subhanallah..

Tuhanku, Engkau tak terjangkau oleh pikirku. Aku bersyukur atas apa yang kau beri
penglihatanku, pendengaranku, dan yang terpenting, imanku saat ini.

Jika Agamaku yang kuyakini saat ini adalah warisan, akan kutegaskan bahwa keyakinanku adalah pencarian dan berpikirku tiada henti..
aku tak akan berhenti mencari. Dan yang kudapat pada akhirnya adalah..

-never ending finding-

Perjalanan Hari Pertama : Tidur = Ibadah?


Ramadhan, tiap langkah membawa berkah
hari ini aku mulai berjalan..
berpikir lebih tajam, meresapi lebih dalam


23 Agustus 2009

Teriknya hari ini. Haus mulai menyekat. Peluh mulai menetes, daftar belanjaan masih menggantung panjang. Jangan mengeluh sayang, tak ingatkah sebelum fajar apa yang telah diniatkan? ayo melangkah saja, tak usah melayani hati yang rewel..
Akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Mulailah saya berbelanja. Concern saya kali adalah membeli baju kantor, maklum baru penempatan. Jadi mencoba menyesuaikan dengan lingkungan kantor..
Tapi ada yang janggal nih..Puasa - puasa begini, orang jual makanan tetep aja seliweran. Minuman tetep dijaja, tempat makan buka semena - mena. Woi, ini bulan puasa, kagak ada toleransi yah?

Kemarin aku mampir ke mesjid kecil. Setelah menunaikan kewajiban sholat dzuhur aku duduk menyandar ke tembok. mungkin karena pengaruh letih, jadi bawaannya mau tidur ajah. Tiba - tiba di belakang terdengar ribut - ribut..



"Ibu ga bisa baca yah? itu kan udah dilarang tidur di karpet sajadah Bu...", gerutu seorang ibu yang sudah layak punya
putu.
"Maaf Bu, kita ga tahu", ujar ibu - ibu yang tak kalah tua menggerutu juga
"Orang dikasih tahu yang bener malah sewot. Saya mah cuma ngjalanin peraturan Bu, disitu tulisannya udah gede, kagak boleh tidur iatas karpet, jadi Ibu kagak usah tersinggung ye", ujar Ibunya penjaga mesjid.
"Iya saya tahu", ujar Ibu yang ditegur sambil ngloyor pergi. Sepertinya Ibu itu kesel di tegur seperti itu di depan umum.

Akhirnya aku mundur perlahan menjauhi area "karpet". Duduk bersandar pada papan. Tiba2 Ibu tadi menghampiriku.
" Jangan duduk di situ neng, itu pintu buat saya masuk", beliau berkta sambil sedikit membentak.

"Oh iya Bu, saya minta maaf" kataku sambil aku bergeser. Tiba - tiba Ibu "polisi" mesjid itu duduk di sebelahku.
"Saya capek Neng", tiba - tiba saja Ia berujar. "Dari tadi orang - orang dikasih tahu kagak
ngarti - ngarti",
"Kenapa Bu?", aku tanya sambil sedikit bersimpati. Aku ngbayangin capek juga kali yah teriakin orang - orang pada bandel ga matuhin peraturan.

Sebentar duduk bersamaku, Ibu itu lalu beraksi lagi. karena banyaknya jama'ah yang keletihan belanja, jadi banyak juga yang tiduran. Hm,, aku jadi berpikir, mang apa salahnya tidur di mushola? Aku sering tuh tidur di mesjid kantor. Karena mang paling enak tuh tidur disitu. Tapi memang secara normatif hal itu tidak di benarkan. bayangkan saja aklo mesjid penuh buat orang tidur, ya yang sholat kayak sholat jenazah donk.

Tapi aku salut juga dengan kegigihan beliau buat membangunkan orang satu persatu agar tidak tidur di mesjid. Untuk mentaati PERATURAN yang ada. Dasar orang Indonesia, bandel - bandel, habis diberitahu bangun sebentar lalu pindah dan tidur lagi. Hahaha

"Kenapa sih, bawel banget tuh orang! bulan puasa tidur
mah ibadah tau...", Ibu disebelahku berkomentar, sambil ngomel.

"Jadi, kontradiktif dong? masak orang ibadah ga boleh?", selintas aku berpikir demikian. Nakal juga. Islam itu baek banget Yah. Di bulan puasa yang paruh berkah, ada penawaran khusus. Tidur ajah dianggap Ibadah. Apalagi ngaji, sholat, traweh, dan ber mualamalah lainnya. Islam juga akomodatifsaking akomodatifnya kadang jadi konservatiof juga. Prinsip mencegahnya bagus sekali. Jadi "Tidur itu ibadah" kuartikan lebih kurang begini:

.. dari pada ngomongin orang, daripada jalan - jalan ngabisin duit capek bawaannya pengen batal, dari pada pacaran siang bolong, mending Lu tidur ja deh!...


Hoho,,jadi inget tgaline di pintu bengkel :
DILARANG TIDUR, ADA YANG BERISIK!!!

perlu diganti ga ya selama bualan puasa aja? hehehe...




Sudut Gelap Yang Tertawan



Sampailah aku pada satu sudut ..
dan kesimpulan yang menciut, beringsut pelan - pelan dalam hati, menjalar menembus pikir

"aku ternyata bukan orang baik"

Mengapa harus ada dikotomi hidup yang mendiskriminasi?

Siapa yang berani - beraninya memberi takaran ini adalah baik, itu adalah tidak baik?? batasan - batasan yang dibuat hanya karena manusia itu terbatas.

Hidup tak melulu tumbuh dari kebaikan, tapi juga dari najis dan dosa.


Itu adalah kata - kata sakti yang saya kutip dari teman saya. Yang secara cerdas, ia bangkit dari kesadaran sisi gelap yang ia miliki. Meretas dan merangkak untuk sebuah proses perbaikan. Sepertinya mudah berkata tak ada gading yang tak retak. Tapi tetap saja tergagap saat tau kitalah yang retak, tak sempurna dan cacat. Betapa sulit menyadari, mengakui hingga memiliki kekuatan untuk membalik keadaan. Dijadikan bahan bakar untuk lebih baik. Karen kegagalan di satu proses, bisa membuat keadaan semakin fatal.

Memanage perasaan marah, kecewa, kesal di awal bukanlah hal mudah. Butuh perasaan legowo, lapang dada, kesadaran untuk introspeksi dan ketahanan untuk meresapi kritik.
Bangkit! saatnya untuk mencermati kekurangan. Kadang perasaan yang justru memfilter kesadaran untuk berbenah diri.

Setiap orang pasti punya sudut hitamnya, sisi gelapnya. Ibarat kaset. Sibe B selalu setia mendampingi Side A. memberi pilihan buat pemiliknya, mana yang akn diputar. tentu saja itu pilihan. Dengan keberadaan sisi gelap yang eksis keberadaaanya, setia menjadi alternatif membuat si pemilik ragu: apakah dilepaskan di permukaan sebagai cover both side? atau didiamkan saja sat ia melecut, meloncat-loncat minta diwujudkan.

Mungkin justru karena selalu dipendam, ditimbun di dasar pikir, maka ketika meledak, hancurlah seluruh kerajaan kebaikan yang tercitrakan. Tapi jika dimunculkan, tak akan terbangun citra kesempurnaan. Simalakama! Inilah akhirnya yang membuat manusia menjadi naif. Mencederai diri sendiri dengan tidak jujur pada batinnya.

Lalu, jika nurani, hati, logika, tak lagi bisa melawan desakan sisi gelap yang sudah lama tertawan, maka ia akan muncul ke permukaan dengan ataupun tanpa sadar. dan jika begitu, siap - siaplah akan rekasi atas aksi!!

Dan,, beginilah akhirnya:

"meluruh rasanya aku mendengar patah - patah kata"
seperti ketika langit menderu cacian, dan aku tak punya ruang untuk menyembunyikan telinga
seperti ketika matahari memadamkan energi, hanya gelap yang tersisa meski mata terbuka

"ternyata, aku orang yang lemah "hanya secuil keberanian untuk sanggup bertahan diantara deraan badai

Ampuni aku Tuhan..Jika tobatku tak Kau dengar, retakan gading ini tak kan pernah tertambal..
patah menjadi kepastian hancur menunggu waktu..
Ampuni,,
Ampuni,,
Ampuni,,

Horizon















People see different things

When they look on the horizon
Do you see dark clouds rolling in fast
Cos baby they aint gonna last

And I cant see anybody else
I cant stop looking at you
Take this dream and make it true

All I see is love, sweet love
On the horizon, oh yeah
Just one look in your deep brown eyes
And baby Im flyin

This world could be so hard to take
Before I found you, I almost stopped trying
To see the good instead of the bad
But your hearts so true, that baby Im cryin

And every single time we meet
I learn what love is for
Its taking less and giving more

All I see is love, sweet love
On the horizon, oh yeah
Just one look in your deep brown eyes
And baby Im flyin

And baby I dont wanna see pain in your eyes
Cos youre the one that sets me free
Theres nothing in this world that can hurt us
If its you and me

White Flag

I know you think that I shouldn't still love you,
Or tell you that.
But if I didn't say it, well I'd still have felt it
where's the sense in that?

I promise I'm not trying to make your life harder
Or return to where we were

I will go down with this ship
And I won't put my hands up and surrender
There will be no white flag above my door
I'm in love and always will be

I know I left too much mess and
destruction to come back again
And I caused nothing but trouble
I understand if you can't talk to me again
And if you live by the rules of "it's over"
then I'm sure that that makes sense

I will go down with this ship
And I won't put my hands up and surrender
There will be no white flag above my door

I'm in love and always will be

intersection


Diam di tengah nadi perjalanan
melongok tujuan yang seketika buram
masihkan dipertanyakan kenapa harus dilanjutkan?

bukan tentang ketidaktuntasan
tapi merebut esensi dari gemerlap eksistensi


siapkah berpindah?
sudah, tak usah menggurutu
yang lain mengguguk semua orang tahu
tapi siapkah menerjang sekawanan gonggongan siang malam?
tak usah kuatir
dari pada kering sendirian
lebih baik melanjutkan perjalanan
pelan - pelan, tak semua jalan dibuat dengan anggaran yang benar

teruskan jika berdiam justru mematikan perlahan
tapi ijinkan pertanyaan ini lahir, dan terjawab
terakhir, sungguh pertanyaan terakhir..

kemana arah yang benar dipersimpangan ini??


Mendung Sore Hari


Mendung menggulung senyumku sore itu. Ingin bergegas pulang, tapi awan hitam menggelapkan sore. Belum waktunya sepetang ini sebenarnya. Tapi tabir comulus memekatkan langit. Dingin angin juga menambah suasana suram. Menambah enggan berjalan sendirian. Apalagi dengan sedikit sesal, sengaja meninggalkan payung di kasur. Dengan anggapan hanya pemberat bawaan. Huh... selalu begitu. saat butuh, justru yang biasa disiapkan terlalaikan.

baiklah,, mari kita buat pilihan. Pulang kebasahan atau diam menunggu terang.
pilihan sulit. kalau pulang, basah bisa sakit. Kalau berdiam disini yang terencanakan bisa terlewat. tak semua hal bisa menunggu kita kan??

ayo sekarang pikirkan dengan cepat. ah.. benci aku pada kondisi ini.
satu hal saja. lakukan. Basah toh cuma air. Pulang telat, berati hanya menggeser waktu tidur.

Ctaaar...!!!

Kilat menampar. Terang memberi penyadaran. sebentar lagi hujan.
ayo bergegas.. aku mulai menjejakkan langkah kedepan. berlari - lari kecil hingga tak sadar sudah kencang berlari..

tes.. tes..
butiran hujan mulai menyentuh kulit, memudarkan pandangan
tahu - tahu sudah basah..
tahu - tahu air membanjir..

wah, ternyata berlari saat hujan itu menyenagkan juga..rasanya,, rasanya,, seperti tak terbebani pikiran, ini bisa jadi candu kepenatan..kutadahkan wajahku ke langit. .wajahku dipijat oleh deras hujan. Oh,,,, sangat menyenangkan.. sentuhannya melegakan. Membasahi kerongkongan. Terpuaskan barang sejenak, bermain - main dengan hujan.

Ah.. kenapa tak sedari dulu aku menantang deras hujan. hanya karena takut basah, baju kotor dan tetek bengeknya??
aturan aturan yang kuciptakan, kesempurnaan hidup yang ku junjung, kemapanan yang kuimpikan, kenyamanan yang ku lakoni serta persepsi agung yang kujaga, luntur saat bulir - bulir air ini merembes ke celah celah tubuh, tak seincipun ku biarkan kering..

tak kubiarkan seincipun dariku tak merasakan kegirangan hujan - hujanan..

hehehe.. sekali - kali nakal sedikit. Kalau ketahuan Ibu hujan - hujanan begini,, bisa dijewer aku..


Ctaaaaaaaarr!!!!!
lagi - lagi petir menyambar..
Ah,, silau..!!!

dua detik cahaya yang berpendar dilangit merubah keadaan..

dan..


"nona, ga pulang??"
..
...
....

"Eh??"

"sebentar lagi hujan.."

"tak bawa payung.."

"mau pulang bersamaku?"

..
...
....

baru sadar..
mengapa tadi hanya ada dua pilihan?? basah dan menunggu terang

padahal masih bisa satu lagi

pulang bersama orang lain, sepayung dengan orang lain. Tanpa basah, dan juga selamat sampai tujuan. .

kadang,, ketakutan membuat tak bisa berpikir terang..
kadang,, harus ada tangan terjulur untuk menyelamatkan.